Dampak Kecanduan Game Pada Kepribadian Sosial Anak

Dampak Kecanduan Game Pada Kepribadian Sosial Anak, Feetri. Game menjadi salah satu budaya dan kegiatan keseharian masyarakat terutama generasi muda bahkan anak-anak di usia sekolah dasar. Anak-anak yang sering melakukan aktivitas bermain game akan mengurangi kegiatan anak seperti belajar dan berinteraksi dengan teman sebaya, karena game berpotensi mengucilkan anak-anak dari lingkungan sosial.

Bermain game memiliki tingkat kecanduan yang berbeda-beda bagi pemain, yaitu: kadang, sering, dan selalu.

Let's Play and Learn Hopscotch via Diabetes Forecast
Let's Play and Learn Hopscotch via Diabetes Forecast

Tingkat kecanduan game dapat dilihat dari frekuensi anak bermain game. Frekuensi bermain game yang semakin lama, maka semakin banyak pula dampak game pada kepribadian sosial anak.

Dari setiap intensitas bermain game dapat diprosentasikan sebagai berikut: intensitas bermain game katagori kadang sebesar 40%, katagori sering 40%, dan katagori selalu sebesar 20%. Kepribadian sosial anak yang dipengaruhi oleh permainan game juga dapat dilihat dari jenis game yang dimainkan oleh anak. Anak yang bermain game dengan jenis game yang memiliki unsur kekerasan dapat berdampak buruk seperti, anak mengalami masalah mental, dan dapat menyebabkan anak menjadi dua kali lebih hiperaktif.

Baca juga : Dampak Game Online Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Sebagian besar subjek yang bermain game dapat berdampak bagi kepribadian sosialnya, antara lain : sikap pembangkangan, agresi, berselisih/bertengkar, menggoda, persaingan, kerjasama, tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri, dan simpati.

Dunia anak adalah dunia bermain, dengan bermain anak belajar. Secara bahasa, bermain diartikan sebagai suatu aktivitas yang langsung dan spontan, di mana seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda disekitarnya, dilakukan dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri, menggunakan daya khayal (imajinatif), menggunakan pancaindra, dan seluruh anggota tubuhnya.

Menurut Brooks, J.B. dan D.M. Elliot dalam Mukhtar Latif, “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang lebih tepat adalah setiap kegiatan dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

Teori Psikoanalisis melihat bermain pada anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya, benda-benda serta sejumlah keterampilan sosial. Freud dalam Diana Mutiah memandang bermain seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain ataupun fantasi seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik pribadi.

Sedangkan ...

Teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan intelektual. Jean Piaget dalam W.R. Mommies berpandangan bahwa setiap manusia mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara fisik maupun mental yang mendasari perilaku dan aktivitas intelegensi seseorang dan berhubungan erat dengan tahapan pertumbuhan anak. 

Jean Piaget berpendapat bahwa intelektual (kognitif) dan afektif selalu berjalan berdampingan seperti layaknya sebuah koin. Teori ini percaya bahwa emosi dan afeksi manusia muncul dari suatu proses yang sama di dalam tahapan tumbuh kembang kognitif.

Piaget mengemukakan penahapan dalam perkembangan intelektual anak yang dibagi ke dalam empat periode, anatara lain:
  1. Sensory motor play (3/4 - 6 bulan) yaitu bermain syaraf, perasaan, otot-otot, gerakan-gerakan kasar.
  2. Symbolic / make belive play (2 – 7 tahun) yaitu bermain permainan nyata.
  3. Sosial play game with rules (8 – 11 tahun) yaitu bermain berkelompok degan aturan sederhana.
  4. Games with rules & sport (11 tahun ke atas) yaitu bermain dan berolahraga dengan aturan-aturan yang disederhanakan atau aturan resmi/baku.

Teori ini menekankan pada pemusatan hubungan sosial sebagai hal penting yang mempengaruhi perkembangan kognitif, karena pertama-tama anak menemukan pengetahuan dalam dunia sosialnya, kemudian menjadi bagian dari perkembangan kognitifnya. Jadi, bermain merupakan cara berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah.

Teori bermain ini sangat penting dalam menunjang main anak, dan menjadi acuan dalam menentukan tahap perkembangan anak, baik dari segi afeksi, kognitif, fisik motorik, bahasa, maupun sosial emosional.

Bermain adalah suatu kegiatan yang sangat digemari oleh anak. Bermain memiliki manfaat yang sangat besar bagi anak, sebagaimana penelitian membuktikan bahwa bermian merupakan sarana untuk menggali pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak. Misalnya pengalaman dalam membina hubungan dengan teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaanperasaan tertekan dan lain sebagainya.

Bermain memberikan kesempatan bagi seorang anak sebagai upaya proses seorang anak dapat belajar, seperti belajar mengenai pengetahan, kehidupan, bahkan kepekaan terhadap sesama. Orang tua harus banyak belajar dan mengetahui permaianan apa yang paling cocok untuk anakanaknya.

Orang tua juga harus mampu dan bijak memberikan kesempatan bermain yang berkualitas kepada anak-anaknya, seperti bermain ular tangga, atau puzzle, dengan tujuan agar permainan yang dilakukan anak-anak akan membawa pengaruh yang positif terhadap proses perkembangan mereka.

Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukurannya. Menurut J. Feist dan G. J Feist mendefinisikan kepribadian merupakan pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang.

Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi

Bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian yang terkemuka. George Kelly dalam E. Koswara , misalnya, memandang kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan mengalaman-pengalaman hidupnya.24 Dilihat dari objeknya, psikologi kepribadian termasuk psikologi khusus, yang membahas tentang kehidupan psikhe seseorang sebagai pribadi, yang merupakan segi lain dari pada segi sosial manusia.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), sosial merupakan suatu hal yang berkenaan dengan masyarakat, Sedangkan menurut Engin Fahri, sosial adalah sebuah inti dari bagaimana para individu berhubungan walaupun masih juga diperdebatkan tentang pola hubungan para individu tersebut.

Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian sosial merupakan keseluruhan perilaku seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan situasi. Hal tersebut menyatakan bahwa setiap orang mempunyai cara berperilaku yang khas seperti: sikap, bakat, adat, kecakapan, kebiasaan, dan tindakan yang sama setiap hari. 

Secara sosiologis, kepribadian terbentuk melalui proses sosialisasi yang dimulai sejak seseorang dilahirkan sampai menjelang akhir hayatnya sehingga melalui proses sosialisasi seorang individu mendapatkan pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan perilaku kelompoknya.

Baca juga : Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Sosial Anak

Melihat kondisi yang ada, selama aktifitas bermain anak maka :
  1. Orang tua harus mengawasi anak pada saat bermain game, dan membatasi anak untuk bermain game, agar anak tidak menghabiskan waktu pada kegiatan yang memberikan pengaruh kurang baik bagi anak.
  2. Sebagai seorang pendidik, guru disarankan untuk menghimbau siswa, agar siswa pandai memilih permainan kegiatan yang lebih berkualitas dan memilih game yang dapat mendukung perilaku terpuji bagi siswa.

Demikianlah artikel dampak kecanduan game pada kepribadian sosial anak ini dibuat, rodo panjang paps and moms tidak apa ya? mudah - mudahan dapat membantu para orang tua dan para pendidik khususnya dan para orang tua pada umumnya dalam mengaplikasikan aturan - aturan bermain pada anak, mengawasi dan mengarahkan cara bermain dan berinteraksi sosial anak. 

0 Response to "Dampak Kecanduan Game Pada Kepribadian Sosial Anak"

Post a Comment